BAB I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Di Indonesia yang mempunyai wilayah yang luas dan terdiri
dari ribuan pulau, tak dapat dihindari adanya permasalahan penyebaran dan
permasalahan perbedaan. Begitu juga dalam sistem pendidikan kita. Misalnya
dalam penyebaran guru SD, sistem pendidikan kita belum mampu menyebarkan guru
SD secara merata ke segala penjuru wilayah di tanah air. Akibatnya masih
terjadi kekurangan guru SD secara lokal dimana-mana, termasuk di Papua masih
mengalami masalah kekurangan guru SD sekitar 4000 orang.
Dalam masalah perbedaan kualitas hasil belajar, pada umumnya
murid SD di kota-kota besar jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka yang
berada di daerah terutama di daerah yang terpencil. Akibatnya kekurangan guru
mungkin saja akan menambah adanya perbedaan ini.
Namun demikian, mengajar dengan merangkap kelas bukan
berarti merupakan penyebab terjadinya kurang baiknya kualitas hasil belajar
mungkin hal ini dikarenakan kita belum menemukan teknik yang tepat untuk
melakukan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Dalam pembahasan ini, Anda akan
kami ajak untuk memahami hakikat PKR, oleh karena itu Anda tidak lagi mempunyai
anggapan bahwa PKR merupakan suatu masalah yang sulit untuk diatasi. Namun
justru sebaliknya pada diri Anda akan mendapatkan pemahaman bahwa PKR adalah
suatu tantangan dan kenyataan tersebut harus Anda hadapi sebagai tugas guru SD.
Disamping itu PKR, bukan saja sekedar kenyataan yang harus
dihadapi oleh guru, tetapi PKR juga mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki
oleh guru yang tidak mengajar dikelas rangkap.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat
dirumuskan permasalahan yakni:
1.
Pengertian pembelajaran
kelas rangkap (PKR)
2.
Perlunya pembelajaran kelas
rangkap (PKR)
3.
Tujuan, fungsi, dan manfaat
PKR
4.
Prinsip-prinsip yang
mendasari PKR
5.
Cara menyusun PKR
C.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai melalui
penulisan makalah ini adalah:
1.
Menjelaskan pengertian
kelas rangkap (PKR)
2.
Mengetahui perlunya
pembelajaran kelas rangkap (PKR)
3.
Menjelaskan tujuan, fungsi,
dan manfaat PKR
4.
Menjelaskan prinsip-prinsip
yang mendasari PKR
5.
Mengetahui bagaimana cara
menyusun PKR
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PEMBELAJARAN
KELAS RANGKAP (PKR)
Pembelajaran Kelas Rangkap
merupakan model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari
dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh
satu guru saja untuk beberapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap sangat
menekankan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara terintegrasi dan
pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara
dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program
yang berbeda.
Namun murid dari dua kelas
bekerja secara sendiri-sendiri di ruangan yang sama, masing-masing duduk di
sisi ruang kelas yang berlainan dan diajarkan program yang berbeda oleh satu
guru. Pembelajaran Kelas Rangkap adalah suatu bentuk
pembelajaran yang mensyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruangan kelas
atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas
yang berbeda (IG.AK.Wardhani, 1998).
B.
PERLUNYA PEMBELAJARAN KELAS
RANGKAP (PKR)
Ada beberapa alasan penting yang
menyebabkan perlunya pembelajaran kelas rangkap dilaksanakan, yaitu:
1.
Alasan Geografis
Lokasi
pembelajaran yang sulit dijangkau, terbatasnya sarana transportasi, dan
pemukiman penduduk yang jaraknya berjauhan, serta adanya ragam mata pencaharian
penduduk misalnya berladang, mencari ikan bahkan menebang kayu atau mencari
sesuatu dihutan, maka hal ini dapat mendorong penggunaan PKR.
2.
Alasan Demografis
Mengajar murid
dengan jumlah yang kecil, atau murid yang tinggal di pemukiman yang jarang
penduduknya, maka PKR merupakan pendekatan yang tepat dan praktis.
3.
Kekurangan Guru
Meskipun jumlah
guru secara keseluruhan bisa dikatakan cukup, namun pada kenyataannya masih ada
keluhan kekurangan guru, terutama di daerah-daerah terpencil. Apalagi bila
secara geografis daerah tersebut sulit dijangkau, maka akan membuat guru takut
ditugaskan didaerah itu. Rendahnya minat guru untuk mengadu nasib didaerah
terpencil, juga di sebabkan beberapa faktor. Misalnya mahalnya harga keperluan
sehari-hari, sulitnya alat transportasi, gaji yang lambat, bahkan terbatas
peluang untuk mendapatkan pengembangan karirnya. Oleh karena itu untuk menjadi
guru di daerah seperti itu perlu adanya keikhlasan dan penuh sukacita, dan
kesiapan mental dari guru tersebut.
4.
Keterbatasan Ruang Kelas
Di daerah yang
muridnya sangat sedikit, tidak memerlukan ruang kelas lebih banyak. Tetapi, di
daerah lain meskipun sudah mempunyai ruang kelas sesuai dengan jumlah tingkatan
kelas, masih belum cukup karena jumlah rombongan belajar lebih besar. Maka dari
itu diperlukan PKR.
5.
Kehadiran Guru
Ketidak hadiran
guru, bukan saja di alami oleh sekolah di daerah terpencil, di kota besar pun
juga mengalaminya. Seperti di Jakarta, musibah banjir dapat menghambat
kehadiran guru untuk melaksanakan tugasnya. Guru yang tidak kena musibah harus
mengajar kelas yang tidak ada gurunya. Belum lagi alasan lain misalnya sakit,
cuti, atau ada kegiatan berkaitan meningkatkan professional dan kualifikasi
guru.
Katz (1992),
menegaskan bahwa kelas rangkap dilaksanakan tidak hanya karena alasan-alasan
letak gegorafis, kekurangan murid, atau kekurangan tenaga guru, akan tetapi
lebih dari itu adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan melalui fasilitasi
yang tinggi bagi perkembangan dan potensi siswa. Oleh karena itu dia
mengembangkan tiga jenis kelas rangkap dalam rangka pembelajaran; 1)
Combined grades, 2) continuous progress, 3) mixed age/multiage grouping.
a.
Model pertama Combine grades; atau juga dikatakan
sebagai combined classess, dimana dalam satu kelas terdapat lebih
dari satu tingkatan kelas anak. Membagi kelas menjadi beberapa bagian sesuai
dengan tuntutan kurikulum untuk beberapa tingkatan atau hanya dua tingkatan.
Tujuan utamanya adalah untuk memaksimalkan kemampuan siswa dan pemahaman
lingkungan juga meningkatkan sikap dan pengalaman dalam kelompok-kelompok umur
yang berbeda.
b.
Model kedua Continuous progrees; model ini berupa kelompok
anak dengan pencapaian kurikulum yang tinggi dimana proses belajar mengajar
melihat keberlanjutan pengalaman dan tingkat perkembangan anak, dalam model ini
setiap anak berkesempatan untuk terus berkelanjutan dalam mengikuti setiap
tingkatan kelas sesuai dengan lama sekolah, tujuannya adalah setiap anak
berkesempatan untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan umur dan perbedaan
sikap dan kemampuan ketika belajar bersama.
c.
Model ketiga mixed age/multiage grouping; dimana proses
pembelajaran dan praktek kurikulum memaksimalkan keuntungan dari berinteraksi
dan bekerjasama dari beragam umur. Dalam model ini grup dibuat secara fleksibel
atau proses re gruping anak dibuat dalam kelompok umur, jenis kelamin,
kemampuan, mungkin terjadi satu guru mengajar untuk lebih dari satu tahun. Alasan
dengan menggunakan model berbagai tingkatan umur ini multiage
grouping ini adalah;
1)
Memberikan kesempatan
kepada anak untuk belajar tanpa rasa takut dan salah.
2)
Siswa disediakan kegiatan
dengan berbagai jenis.
3)
Dengan model ini
memungkinkan anak dapat belajar tentang aspek sosial, pemahaman tentang diri
dan orang lain, kepercayaan diri dan konsep diri, partisipasi anak dalam
kelompok, pada akhirnya dapat meningkatkan hubungan sosial dan pertemanan.
4)
Tidak ada titik
signifikansi antara kelompok umur.
C.
TUJUAN, FUNGSI,
DAN MANFAAT PKR
Tujuan, fungsi,
dan manfaat PKR dapat dikaji dari beberapa aspek berikut,
1. Kuantiti dan Ekutiti
Dengan mengoptimalkan sumber daya yang
ada, PKR memungkinkan untuk memenuhi asas kuantiti (jumlah) dan ekuiti
(pemerataan). Dengan jumlah guru yang
dimiliki dapat memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran yang lebih luas
dan mencakup jumlah murid yang lebih besar jumlahnya, disamping itu juga mampu
memberikan layanan yang lebih merata.
2. Ekonomis
PKR
memungkinkan pemerintah dan masyarakat dapat mengurangi biaya pendidikan. Betapa tidak, dengan seorang guru atau
beberapa guru saja proses pembelajaran dapat berlangsung. Dengan demikian juga dengan satu ruang atau
beberapa ruang kelas, proses pembelajaran tetap dapat berlangsung. Jadi secara ekonomis biaya pendidikan yang
ditanggung oleh pemerintah dan msyarakat akan lebih kecil. Oleh karena itu, dengan jumlah dana
pendidikan yang sama, perluasan pelayanan pendidikan dapat diberikan hingga ke
daerah yang sulit, dan terpencil sekalipun.
3. Pedagogis
Strategi
ini mampu meningkatkan kemandirian murid, karena seorang guru dalam PKR akan
berusaha agar murid aktif dan mandiri.
4. Keamanan
Dengan
pendekatan PKR, pemerintah dapat mendirikan SD di lokasi yang mudah dijangkau
oleh anak. Dengan demikian kekhawatiran
orang tua terhadap keselamatan anaknya berkurang. Mengunjungi SD yang jauh dapat menyebakan
anak terlambat masuk sekolah, meningkatnya pengulangan kelas atau putus
sekolah. Bahkan mungkin saja terjadi
kecelakaan pada saat murid pergi atau pulang sekolah.
D.
PRINSIP-PRINSIP
YANG MENDASARI PKR
Pembelajaran kelas rangkap (PKR)
merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang perlu dikuasai oleh guru SD. Sebagai salah satu bentuk pembelajaran, PKR
mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran secara umum. Pembelajaran mengandung makna bahwa kegiatan
belajar dapat terjadi dengan atau tanpa guru.
Artinya, murid dapat belajar dalam berbagai situasi tanpa tergantung
pada guru. Misalnya, murid dapat belajar
dari buku, berdiskusi dengan teman atau mengamati sesuatu. Tetapi perlu diingat bahwa dalam pembelajaran
peran guru sangat penting, misalnya pada awal, saat kegiatan, atau akhir
kegiatan.
Disamping prinsip-prinsip pembelajaran
secara umum, PKR mempunyai prinsip khusus sebagai berikut,
1. Keserempakan Kegiatan Pembelajaran
Dalam
PKR guru menghadapi dua kelas atau lebih pada waktu yang bersamaan. Oleh karena itu, prinsip utama PKR adalah
kegiatan belajar mengajar terjadi secara bersamaan atau serempak. Kegiatan yang terjadi secara serempak itu
harus bermakna, artinya kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang sesuai dengan
tuntutan kurikulum atau kebutuhan murid dan dikelola dengan benar. Dengan demikian, jika ada kegiatan yang
dikerjakan murid hanya untuk mengisi kekosongan saja, maka bukan PKR yang
diharapkan.
2. Kadar Waktu Keaktifan Akademik (WKA)
Tinggi
Selama
PKR berlangsung, murid aktif menghayati pengalaman belajar yang bermakna. PKR tidak memberi toleransi pada banyaknya
WKA yang hilang karena guru tidak terampil menelola kelas. Misalnya, waktu tunggu yang lama, pembentukan
kelompok yang lamban, atau pindah kelas yang memakan waktu.
Makin
banyak waktu yang terbuang, maka makin rendah kadar WKA. Namun perlu diingat, bahwa WKA tinggi tidak
selalu berkadar tinggi. Kualitas
pengalaman belajar yang dihayati murid sangat menentukan WKA. Kualitas dan lamanya kegiatan berlangsung
menentukan tinggi rendahnya kadar WKA.
3. Kontak Psikologis Guru dan Murid yag
Berkelanjutan
Dalam
PKR, guru harus selalu berusaha dangan berbagai cara agar semua murid merasa
mendapat perhatian dari guru secara terus menerus. Agar mampu melakukan hal ini, guru harus
menguasai berbagai teknik. Menghadapi
dua kelas atau lebih pada saat bersamaan dan kemudian mampu meyakinkan murid
bahwaguru selalu berada bersama mereka, bukan pekerjaan yang mudah. Guru harus mampu melakukan tindakan
instruksional dan tindakan pengelolaan yang tepat.
Tindakan
instruksional adalah tindakan yang langsung berkaitan dengan penyampaian isi
kurikulum, seperti menjelaskan, memberi tugas, atau mengajukan pertanyaan. Tindakan pengelolaan adalah tindakan yang
berkaitan dengan penciptaan dan pengembalian kondisi kelas yang optimal. Misalnya, menunjukkan sikap tanggap dan peka,
mengatur tempat duduk, member petunjuk yang jelas atau menegur murid.
4. Pemanfaatan Sumber Secara Efisien
Sumber
dapat berupa peralatan atau sarana, orang dan waktu. Agar terjadi WKA yang tinggi, semua jenis
sumber harus dimanfaatkan secara efisien.
Lingkungan, barang bekas, dan segala peralatan yang ada di sekolah dapat
dimanfaatkan oleh guru PKR. Demikian
dengan orang dan waktu. Murid yang
pandai dapat dimanfaatkan sebagai turor.
Waktu harus dikelola dengan cermat sehingga menghasilkan WKA yang
berkadar tinggi.
5. Kebiasaan untuk Mandiri
Apabila
guru mampu menerapkan keempat prinsip tersebut, maka murid akan terbiasa
mandiri. Kemampuan murid untuk belajar
mandiri akan memungkinkan guru PKR mengelola pembelajaran secara lebih baik
sehingga kadar WKA menjadi semakin tinggi.
E.
CARA MENYUSUN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
Pelaksanaan
kelas rangkap dilakukan dengan menggabungkan satu atau dua mata pelajaran yang sama atau
berbeda yang dilaksanakan dalam satu ruang serta disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi sekolah. Sebelum melakukan pembelajaran guru menyusun
perencanaan yang mencakup:
1. Pemetaan Kompetensi
Pemetaan
dimaksudkan untuk menggabungkan materi yang sama di kelas yang berbeda dengan
kedalaman yang berbeda sehingga ada kesinambungan. Pemetaan kompetensi
dilakukan untuk kompetensi yang harus dicapai dalam 1 semester atau 1 tahun.
2. Penetapan Tema
Penentuan
tema disesuaikan dengan hasil pemetaan kompetensi. Untuk satu semester, biasanya dihasilkan sekitar
lima tema dengan masing-masing tema berkisar antara 3-4 minggu.
3. Pengembangan Silabus
Silabus dibuat
untuk dua kelas atau tiga kelas sekaligus (sesuai dengan kelas rangkap yang
diinginkan). Silabus setidaknya memuat: standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar.
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran berisi langkah-langkah pembelajaran secara rinci
(kegiatan awal, inti, dan penutup) dan merupakan pengembangan dari silabus yang
ada. Strategi pengajaran dan pengorganisasian peserta didik juga harus nampak
dalam RPP.
Kelas rangkap
merupakan gabungan dari beberapa peserta didik dengan tingkatan kelas yang berdekatan, misalnya kelas 1 dan 2, atau kelas 4, 5,
dan 6; belajar dengan satu
guru di kelas yang sama dan berlangsung selama satu tahun ajaran penuh. Hal
yang perlu mendapat penekanan di sini adalah:
a. Guru tidak mengajar dua kelas tepisah secara bergantian dengan
program yang berbeda.
b. Pembelajaran dilakukan secara tematik, namun untuk
kompetensi-kompetensi tertentu yang tidak dapat diikat dengan tema tetap
diajarkan secara terpisah.
c. Strategi pembelajaran
yang dipilih guru dalam kelas rangkap disesuaikan dengan banyaknya jumlah
peserta didik dan dengan menggunakan kombinasi berbagai metode pembelajaran.
d. Strategi pembelajaran
hendaknya mencerminkan pembelajaran yang berbeda
dan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perangkapan kelas masih banyak dijumpau
di Indonesia, khususnya akibat kekurangan guru.
Namun demikian, perangkapan kelas bukan saja dialami oleh Negara yang
sedang berkembang saja. Di Negara
majupun, seperti di Amerika Serikat, Australia, Inggris dan sebagainya. Jadi pembelajaran kelas rangkap (PKR) dianggap
suatu hal yang wajar saja. Ada sejumlah
alas an-alasan selain kekurangan guru, mengapa PKR terjadi antara lain karena
factor geografis, demografis, dan terbatasnya ruang kelas.
Disampin itu, ada sejumlah alas an
lain, yaitu alas an yang lebih memusatkan pada keuntungan dari pada
kerugiannya. Antara lain, jika dilihat
dari aspek pedagogis, PKR lebih mendorong kemandirian murid. Dari aspek ekonomis, PKR lebih efisien. Dengan PKR pemerintah dapat mendirikan
sekolah-sekolah kecil dimana-mana, sehingga setiap anak Indonesia berkesempatan
untuk lulus dari SD.
Sebagai salah satu bentuk pembelajaran,
PKR mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran secara umun. Namun secara khusus PKR mempunyai
prinsip-prinsip yang harus dikuasai oleh guru PKR. Prinsip itu adalah : 1) keserempakan kegiatan
belajar-mengajar, 2) kadar tinggi waktu keaktifan akademik (WKA), 3) Kontak
psikologis guru dan murid yang berkelanjutan, 4) pemanfaatan sumber secara
efisien, dan 5) kebiasaan untuk mandiri.
B.
Saran
Setelah kita membahas pembelajaran
kelas rangkap guru diharapkan memahami konsep dan dapat melaksanakan
pembelajaran kelas rangkap sesuai dengan kondisi tertentu yang menuntut guru
melaksanakan pembelajaran kelas rangkap.Dengan diadakannya pembelajaran kelas
rangkap proses pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif dengan kekurangan
yang ada.
Daftar Pustaka
Djalil, A., 2004. Pembelajaran Kelas Rangkap. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Universitas Terbuka.
Joni, R., 1996. Pembelajaran Merangkap Kelas (Naskah disiapkan
untuk pelatihan guru pamong). Jakarta : BP3GSD.
Miller, B.A.,
1989. The Multigrade classroom : A
Resource Handbook For Small Rural school, Northwest Regional Educational
Laboratory, Oregon.
http://chaerulhatami.blogspot.com/2013/04/materi-pembelajaran-kelas
rangkap_7481.html
0 komentar:
Posting Komentar